Takjilku Manis Takjilku Sayang di Saban Ramadan
3 min readBerita Ramadhan 2021 – Siapa pun yang menciptakan kalimat jargon ‘berbukalah dengan yang manis’, dia adalah seorang jenius. Betapa kalimat itu terus terngiang di tengah masyarakat saban bulan Ramadan.
Bulan Ramadan adalah bulan yang suci. Di bulan ini, umat Islam menjalankan ibadah puasa, menahan lapar dan hawa nafsu sejak matahari terbit hingga terbenam.
Beragam sajian istimewa hampir pasti hadir di meja makan keluarga saban Magrib. Takjil, orang-orang menyebutnya. Legit, manis, dan gurih adalah rasa yang biasa hadir dalam berbagai menu takjil.
Memang benar, kebanyakan menu takjil di Indonesia hadir dengan rasa yang manis.
Entah kapan dan mengapa kebiasaan mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa ini dimulai. Yang jelas, kemunculan jargon ‘berbukalah dengan yang manis’ ditambah dengan kebiasaan mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa, membuat takjil sudah pasti rasanya manis.
Beberapa orang mempertanyakan jargon ‘berbukalah dengan yang manis’. Beberapa mengaitkannya dengan sunah Nabi Muhammad SAW, yang disebutkan berbuka puasa dengan kurma dan air putih.
Kurma–yang notabene hadir dengan rasa manis legit–kemudian dikiaskan sebagai makanan manis. Jika bukan kurma, ya, apa pun yang rasanya manis.
Padahal, faktanya tak ada satu pun hadis yang secara eksplisit berbicara mengenai anjuran berbuka puasa dengan yang manis. Yang paling dekat dengan tema tersebut adalah hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud.
Hadis tersebut kira-kira berbunyi mengenai kurma segar (ruthab) sebagai menu buka puasa Nabi Muhammad SAW. Jika tak ada ruthab, maka rasul berbuka puasa dengan tamr alias kurma kering.
Satu teori lain berkata bahwa jargon ‘berbukalah dengan yang manis’ hanya berupa doktrin iklan yang berhasil memengaruhi masyarakat. Jargon disebut merupakan tagline dari produk minuman manis kemasan di Indonesia.
Perusahaan disebut mengambil momen Ramadan, dibarengi dengan kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa, untuk menciptakan tagline tersebut.
“Terus [tagline] diulang-ulang, hingga informasi ini masuk ke memori audiens,” ujar pengamat ilmu komunikasi Universitas Paramadina, Faris Budiman Annas, kepada Awak media.
Lantas, tak ayal, masyarakat pun mengadaptasi jargon tersebut. Ditambah dengan adanya informasi hadis soal kurma yang identik dengan rasa manis, kehadiran jargon jadi lebih mudah dan cepat diterima dan diadaptasi masyarakat.
“Masyarakat menengah ke atas mampu beli kurma. Tapi, golongan menengah ke bawah, mereka akan beli makanan dan minuman manis lain selain kurma,” ujar antropolog Universitas Padjadjaran, Budi Rajab, kepada CNNIndonesia.com.
Ilustrasi. Makanan dan minuman manis hampir selalu hadir di meja makan saban Magrib tiba di bulan Ramadan. (Istockphoto/Getty Images/MielPhotos2008) |
Berbuka dengan yang Manis, Sehatkah?
Tak berhenti sampai di sana. Berbuka puasa dengan yang manis juga menimbulkan banyak pro dan kontra.
Bermula dari gula, si pencipta rasa manis, yang kerap dianggap sebagai biang kerok berbagai masalah kesehatan. Padahal, faktanya tubuh juga membutuhkan energi dari gula yang diproses di dalam tubuh.
Konsumsi terlalu banyak makanan manis membuat banyak orang khawatir karena dapat membuat gula darah melonjak dalam waktu singkat. Lonjakan gula darah jelas tak berdampak baik untuk kesehatan.
Namun, perlu dicatat pula, konsumsi makanan manis justru dianjurkan dari segi kesehatan.
Puasa membuat tubuh tak berenergi akibat tak ada gula yang masuk ke dalam tubuh dari makanan. Untuk mengisi kembali energi yang hilang, umat Islam justru disarankan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang manis.
“Setelah waktu berbuka puasa, perlu segera masuk gula untuk meningkatkan kadar gula darah, agar tubuh segera berenergi lagi,” ujar dokter spesialis gizi Universitas Indonesia, Tatik Bardosono, kepada wartawan.
Namun, tentu konsumsi takjil manis saat berbuka puasa juga perlu dibatasi. Beberapa takjil manis memiliki kandungan gula yang saling berbeda satu sama lain.
Apa pun itu, takjil manis memang selalu identik di setiap bulan Ramadan.