Mengenal Daluang, Kertas Tradisional Indonesia Buatan Bandung.
2 min readHarianjabar.com – Jika di Jepang punya Washi, Mesir punya Papirus dan Korea punya Hanji, maka Indonesia juga memiliki kertas tradisionalnya sendiri yakni Daluang.
Daluang terbuat dari kulit Pohon Saeh yang kini sudah sulit didapati keberadaannya. Daluang terkenal terutama di Jawa-Madura sebagai bahan pakaian, pelapis, serta bahan tas.
“Dibuat dari kulit kayu pohon saeh, daluang digunakan sebagai pengganti media tulis dan gambar di Jawa dan beberapa pulau lainnya. Beberapa naskah kuno, kitab, hingga pelukisan wayang beber,” ujar Ahmad Mufid Sururi, seniman pembuat kertas Daluang atau yang biasa disebut Tukang Saeh.
Sehari-hari Mufid sibuk membuat daluang di studio sekaligus kediamannya di Jalan Koperasi Ujung Berung.
Ia menjelaskan jika kertas Daluang sempat mati, akibat letusan Gunung Guntur di Garut dan Gunung Agung di Bali yang membuat pohon saeh sulit ditemui. Ditambah lagi kertas daluang yang sulit bersaing dengan kertas hasil pabrik.
“Secara tidak sengaja pada 2006, saya dikenalkan dengan kertas daluang. Setelah saya coba tanam ternyata juga tidak sulit, yang penting niatnya,” ceritanya.
Mufid terus menekuni pembuatan kertas Daluang. Meski Daluang kurang diminati hingga kini Mufid terus memproduksi untuk keperluan kolaborasi, tekstil, atau kebutuhan seni rupa.
Kertas Daluang yang ia buatpun bahannya dari pohon saeh yang ia tanam sendiri di daerah Cililin.
Mufid fokus pada literasi, eksplorasi, kolaborasi, dan edukasi seputar Daluang. Pada literasi, ia terus mengumpulkan literatur seputar Daluang. Dirinya masih penasaran dengan salah satu naskah yang menyebutkan bahwa Daluang adalah kain.
“Tapi sayang artefak tidak ada dan literatur terbatas. Saya masih terus eksplorasi, saat ini sedang mencoba membuat kebaya tetapi masih jauh langkahnya,” tuturnya.
Ia terus melakukan eksplorasi dengan menjadikan batang pohon saeh menjadi kanvas, alat musik perkusi, hingga tas. Untuk beberapa karya, ia sering berkolaborasi dengan banyak seniman lainnya.