Motret Tak Sekedar Jepret Ala Komunitas Fotografer Muslim.
2 min readHarianjabar.com – Ingin memberi arti lewat hobi fotografi, memotivasi Ade Bayu Indra dan rekannya untuk mendirikan Komunitas Fotografer Muslim. Kini dari konten-konten yang diproduksi menginspirasi khalayak, khususnya kawula muda.
“Saya dan teman saya dulunya seorang wartawan foto, hasil foto kami kemudian coba untuk dibuat konten islami. Rupanya banyak yang memperhatikan dan mengira akun itu sebagai komunitas,” ujar Ade
Ia disadarkan bahwa sebetulnya dakwah dan hidayah bisa disampaikan oleh siapapun, kapanpun, dan melalui media apapun. Berawal dari produksi konten, tahun 2019 dibangun komunitas yang diikuti oleh ratusan remaja. Membawa tujuan sederhana, yakni memberi manfaat untuk orang lain.
“Kini ada kurang lebih 250 anggota, mungkin yang aktif hanya beberapa persen. Kami juga mempermudah cara untuk join hanya dengan google form, supaya bisa membantu mereka yang mau belajar fotografi,” ungkapnya.
Meski tanpa dana, komunitas ini tetap mampu menggelar workshop dan menghadirkan beberapa fotografer terkenal di Jakarta. Ilmu dibagikan secara cuma-cuma untuk mereka yang memiliki minat dalam bidang visual, apapun fasilitas yang dipunya.
“Dulu kami adakan sebulan sekali secara offline. Alhamdulillah pengisi acara juga welcome dan takjub juga sebelum pelatihan harus ada tilawah dulu,” cerita Ade sambil tertawa.
Targetnya tak muluk-muluk, ia hanya ingin membantu mereka yang memiliki hobi fotografi dan memiliki satu visi misi. Sempat berhenti akibat pandemi, kini komunitas ini coba mengaktifkan kegiatan lagi.
“Sekarang berusaha muncul lagi salah satunya ada kegiatan seminggu sekali Pesantren Creator, pelatihan online di bulan Ramadan. Rencananya pertemuan terakhir kami buat offline untuk hunting,” ujarnya.
Selain memproduksi konten dakwah, komunitas Fotografer Muslim berusaha memberi manfaat nyata untuk orang lain. Salah satunya kegiatan Wakaf Motret yang membantu acara bahkan momen pernikahan untuk mereka yang tidak mampu menyewa jasa dokumentasi.
“Barangkali butuh jasa dokumentasi yang hasilnya agak bagus sedikit, kami bersedia bantu. Kami tidak tentukan tarif, bisa dibayar berapapun atau bahkan tidak dibayar pun tidak masalah,” tutur pria yang juga kolektor miniatur mobil ini.
“Tidak bermaksud sok-sokan, tapi ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Terlebih adanya stigma fotografer itu suka foto yang negatif,” kata Ade menambahkan.