Harianjabar.com

Media online jawa barat | media jawa barat | informasi jawa barat | berita jawa barat | berita bandung | gubernur jawa barat | walikota bandung | walikota bogor | info kuliner jawa barat | Media Jabar | Jabar Online news | Jabar news | Berita online jawa barat | Media online jabar | Info jabar | Harian Jabar.

HyperSync Buatan 3 Mahasiswi ITB Menang di Kompetisi Internasional

3 min read

Harianjabar.com – Kabar membanggakan kembali datang dari salah satu Universitas kebanggaan tanah Sunda, Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah beberapa waktu lalu menduduki peringkat kedua sebagai kampus terbaik kedua di Indonesia versi QS WUR 2023, kini mahasiswa ITB kembali menorehkan prestasi.

Tiga mahasiswa ITB yaitu Angela Thrisananda Kusuma, Salma Yasifa, dan Yumna Dzakiyyah mengharumkan nama Indonesia di Brandstorm International Final. Tim yang mereka namakan ‘Mon Soleil’ tersebut, berhasil menjadi satu dari tiga tim pemenang yang mengalahkan 83.000 tim lainnya.

Mon Soleil berhasil menjuarai L’Oréal Brandstorm 2022 di kategori Tech Track dengan inovasi hyper-personalized skincare berbasis hormon yang disebut “HyperSync”. Melalui HyperSync, orang-orang dapat berinvestasi di kesehatan kulit mereka dalam satu alat. Sesuai slogan HyperSync, ‘One test, one device, long-term result’.

Dari rilis yang diterima detikJabar, penemuan inovasi ini bermula dari podcast yang didengar Yumna di perjalanan.

“Aku kadang kalau di jalan suka denger podcast, lalu ada satu podcast yang menceritakan keluhan dia tentang masalah kulitnya karena hormon. Dia bilang harus tes hormon berkali-kali yang mahal. Terus, aku merasa hormon itu sangat berpengaruh ke kulit, lalu aku diskusi sama Salma dan Angela,” ujar Yumna.

“Setelah kita tahu dari jurnal kalau ada hubungan antara kesehatan kulit dengan hormon, kita kontak expert untuk validasi,” tambahnya. Yumna juga menyebut beberapa dosen ITB yang membantu mereka dalam proses pengembangan HyperSync.

“Kita coba kontak Dosen SITH yang spesialisasi endokrinologi, Dr. Lulu Lusianti Fitri, M.Sc., juga Dosen SF Amirah Adlia, S.Si., M.Si., untuk validasi awal. Setelah itu, kita validasi alat ke Dosen STEI, Isa Anshori, PhD, bahkan kita sempat ke dermatologist untuk validasi ide ini. Jadi, kita memang multidisiplin, mendapat banyak bantuan dari profesional, dosen, termasuk L’Oréal Indonesia,” ujar Yumna.

Sebelum mengikuti perlombaan ini, mereka telah saling mengenal sejak dua tahun yang lalu dalam salah satu organisasi non profit. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, mereka cukup sering dipertemukan untuk berdiskusi bersama dalam suatu perlombaan.

“Waktu itu aku leader organisasinya, Yumna dan Salma di divisi yang sama. Aku dan Salma sering lomba bareng, pernah ikut Brandstorm 2021 juga, tapi belum menang. Setelah itu, kita bertiga memutuskan untuk ikut lomba yang sama, yaitu L’Oréal Brandstorm 2022,” kata Angela.

“Karena L’Oréal Brandstorm adalah innovation competition, bukan hanya lomba business case biasa. Jadi inovasinya harus bisa kita sampaikan end-to-endnya dari sisi teknikalnya hingga sisi bisnisnya. Disini background kita yang diverse melengkapi setiap partnya,” tambahnya.

Selain dukungan dari ITB, menurut Salma, prestasi ini dapat mereka raih berkat latar belakang mereka yang berbeda-beda. Salma berasal dari jurusan Sains dan Teknologi Farmasi, Yumna dari Teknik Elektro, sementara Angel dari Kewirausahaan. Rupanya, perbedaan tersebut menjadikan mereka mampu untuk membagi peran berdasarkan ilmu yang dipunyai.

“Background tim kita diverse. Ide kita itu berbasis hormon sama digital, jadi bagian hormon, seperti jenis produk atau serumnya itu bagian aku, untuk teknikal dan digitalnya bagian Yumna, dan bisnis, marketing, atau partnership itu bagian Angela,” ujar Salma.

Namun, latar belakang yang berbeda-beda diakui oleh mereka juga menjadi salah satu kendala dalam perjalanan. “Kita beda jurusan, beda kesibukan, jadi susah untuk menyamakan jadwal. Untuk menghadapi kendala ini, kita saling berbagi schedule. Jadi kalau misalnya aku lagi sibuk skripsian minggu ini, kita ganti jadwal. Atau kalau Yumna atau Salma sibuk praktikum, kita kerjanya malam,” ujar Angela.

Tantangan lain yang dihadapi Mon Soleil dalam mengembangkan HyperSync adalah kompleksitas dari produk tersebut. Banyak hal-hal baru yang tidak mereka ketahui atau hanya tahu bagian dasarnya saja. Hal ini tak membuat mereka menjadi hilang semangat, justru semakin berkobar untuk melakukan validasi dengan ahlinya.

“Dan itu jadi tantangan gimana kita harus cari siapa orang yang kira-kira capable untuk validasi ini dan bagaimana caranya supaya kita bisa komunikasi sama mereka,” tutur Angela.

Perjalanan Mon Soleil dengan HyperSync akan berlanjut di Paris. Sebagai pemenang dari L’Oréal Brandstorm 2022, Mon Soleil berkesempatan untuk memulai Intrapreneurship dibawah naungan kampus startup terbesar dunia, Station F.

Melalui kesempatan ini, Mon Soleil dapat bertemu banyak expert dan mendapat banyak ilmu untuk mematangkan HyperSync. Harapannya, HyperSync dapat menjadi sebuah solusi all-in-one yang terintegrasi untuk mencegah masalah kulit yang bisa muncul di masa mendatang.

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *