Ketua Kampus Budi Bakti: Memutus Mata Rantai Kemiskinan Dengan Investasi di Pendidikan Tinggi Lebih Efektif
3 min read
Harianjabar.com – Sekarang ini kesenjangan pendidikan antar kelompok ekonomi masih menjadi permasalahan dan semakin lebar seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan.
Rasio APK 20 persen penduduk termiskin dibandingkan 20 persen terkaya pada jenjang menengah dan tinggi pada tahun 2017, masing-masing sebesar 0,7 dan 0,16. Angka rata-rata lama sekolah baru mencapai 10,37 tahun.
Hal ini berarti bahwa rata-rata lama sekolah di kalangan pemuda Indonesia hanya setara dengan kelas 1 sekolah menengah atas (SMA)/sederajat. Target wajib belajar 12 tahun–yang dimulai dari sekolah dasar (SD) hingga lulus SMA/sederajat–belum tercapai dan masih jauh dari target global rata-rata lama sekolah, yaitu 15 tahun (hingga perguruan tinggi).
“Akibatnya rantai kemiskinan kian sulit diputuskan. Saat ini angka partisipasi pendidikan tinggi (dikti) Indonesia semakin terlihat rendah dibandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan, yang memiliki angka partisipasi Dikti 94,4 persen, lebih dari tiga kali lipat dari angka partisipasi Dikti Indonesia sebesar 30,28 persen,” ungkap Rina Fatimah S.Sos. M.Si, Ketua Kampus Budi Bakti, Dompet Dhuafa.
Rina menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya angka partisipasi dikti yakni ketidakmampuan masyarakat, terutama masyarakat berpendapatan rendah untuk membiayai pendidikan tinggi dan ada persepsi yang rendah tentang lulusan pendidikan tinggi vokasi, sehingga perlu upaya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Rina menambahkan, untuk itulah maka misi utama dari Dompet Dhuafa untuk mengentaskan kemiskinan sekaligus memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi bangsa ini terus berlanjut dengan mendirikan Perguruan Tinggi yaitu Dompet Dhuafa University.
“Cikal bakal lahirnya Dompet Dhuafa University dengan mengakusisi Kampus Budi Bakti, yang pada Kamis (14/7) telah mengumumkan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Jalur Kartu Indonesi Pintar Kuliah (KIPK) Tahun 2022,” ujar Rina Fatimah.
Ia menerangjan, sebanyak 15 mahasiswa menerima beasiswa KIPK pemerintah. Jumlah penerima beasiswa ini, lanjut Rina, hanya 5 persen dari total 300 mahasiswa yang akan diterima pada Tahun Akademik 2022/2023. Sedangkan 95 % lainnya menerima beasiswa subsidi dari kampus – kampus.
Multiplier Effect Investasi Pendidikan, sambung Rina, besaran biaya kuliah tiap mahasiswa selama 4 tahun kuliah sekitar 33,6 juta rupiah. Saat ini dengan adanya beasiswa subsidi, mahasiswa hanya membayar kuliah antara 200 ribu per bulan atau hanya 9,6 juta selama kuliah. Berbekal kemampuan hardskill seperti komputer, akuntansi, keuangan, digital marketing, SDM lalu ditambah softskill kepemimpinan, team work, serta olaborasi yang diperoleh dari organisasi kemahasiswaan selama kuliah.
“Insha Allah lulusan Dompet Dhuafa University bisa memutus rantai kemiskinan dan ketertinggalan pendidikan tinggi Indonesia dengan menjadi pengusaha atau profesional muda,” cetusnya.
Data tracer study Kampus Budi Bakti pada tahun 2022 menunjukan bahwa 70 % lebih lulusan bekerja kurang dari 3 bulan setelah kelulusan, 25℅ lainnya berwirausaha dan 5℅ nya melanjutkan sekolah Strata 2. Rata-rata penghasilan mereka diatas UMR Jabodetabek bahkan ada yang lebih dari 10 juta perbulan.
“Artinya investasi mahasiswa selama kuliah 4 tahun kurang dari 10 juta rupiah ini bisa langsung terbayarkan setelah mereka lulus kemudian bekerja dengan gaji UMR rata-rata Jabodetabek yang di atas 4 juta rupiah hanya dalam waktu 3 bulan bekerja,” jelas Rina.
Berbekal modal ijazah Strata 1, lanjutnya, lulusan Kampus Budi Bakti telah mampu mengubah kondisi sosial ekonomi dirinya dan keluarganya. Bandingkan jika hanya menggunakan ijazah lulusan SMA gaji yang diperoleh sekitar 2 juta rupiah, tentu jauh berbeda dengan lulusan D3/S1.
“Hitungan menarik lainnya, sejak akuisisi STIM Budi Bakti oleh Dompet Dhuafa sebesar 3,85 milliar, saat ini terdapat 385 mahasiswa. Ambilah 300 mahasiswa ini lulus semua kemudian bekerja dengan gaji Rp 4 juta rupiah maka dalam waktu 4 tahun investasi pendidikan ini telah balik modal,” pungkas Rina Fatimah.