Blak-blakan Terbaru Anies Baswedan soal Pencapresan
4 min readHarianjabar.com – Gubernur DKI Anies Baswedan blak-blakan terkait pancapresan. Dia mengungkap kriteria cawapres untuk dampingi dirinya hingga menyebut pihak yang pernah menawarkan kursi cawapres di pilpres sebelumnya.
Kriteria Cawapres
Untuk diketahui, Anies telah dideklarasikan sebagai bakal calon presiden (capres) oleh NasDem. Namun, dukungan dari NasDem saja kurang untuk Anies daftar sebagai capres.
Anies mengaku dirinya masih menjalin komunikasi untuk memenuhi ambang batas 20 persen. Oleh karena itu, Anies belum memikirkan sosok cawapres untuk dampingi dirinya.
“Bagaimana 20 persen itu tuntas. Tentu saja harus komunikasi, saya sudah dideklarasikan oleh NasDem sebagai bakal calonnya mau tidak mau akan terlibat dalam komunikasi,” kata Anies, Selasa (11/10/2022).
Anies lantas menyebut tiga kriteria sosok cawapres yang diinginkannya. Sosok cawapres itu diharapkannya bisa bantu pemenangan dan menjaga stabilitas koalisi.
“Pasangan yang bisa membantu pemenangan, kedua memiliki kontribusi untuk jaga stabilitas koalisi, membantu untuk menjalankan pemerintahan yang efektif,” kata Anies.
“Tiga unsur itu ikut menentukan tentang siapanya, dan waktunya nanti sambil jalan kita lihat,” lanjut Anies.
Ditawari Jadi Cawapres Prabowo
Anies mengungkapkan momen ketika dia ditawari Prabowo Subianto untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) ketika Anies belum genap setahun memimpin Jakarta. Anies mengatakan saat itu dia menolak ajakan Prabowo tersebut.
“Saya bertugas di Jakarta belum satu tahun, ketika saya diundang oleh Pak Prabowo untuk menjadi calon wakil presiden, waktu itu saya sampaikan ‘terima kasih, ini sebuah kehormatan tetapi saya berjanji untuk bertugas di Jakarta 5 tahun’,” ujar Anies.
Anies menegaskan dia berkomitmen menuntaskan tugasnya di Jakarta selama 5 tahun. Karena itu, dia menolak ajakan Prabowo saat itu untuk maju sebagai cawapresnya di Pilpres 2019.
“Jadi janji saya itu berada di Jakarta selama 5 tahun. Alhamdulillah ini masuk minggu terakhir, tuntas sudah, insyallah husnulkhotimah, jadi di mana petualangnya? Justru saya ini mau konsisten, bahkan yang mengajak untuk jadi cawapres Pak Prabowo, yang saya waktu itu sampaikan ‘Pak, saya ini berjanji dan saya bilang terima kasih, itu adalah sebuah kehormatan’,” ucapnya.
“Jadi saya berkomitmen untuk tidak ikut di dalam kompetisi Pilpres selama saya bertugas menjadi gubernur, dan itu diungkapkan berkali-kali. Apalagi pada tahun 2019 itu beliau mencalonkan saya, masa saya mau mengkhianati janji saya?” imbuh Anies.
Selain ditawari menjadi cawapres pendamping Prabowo, Anies juga mengaku pernah didatangi pimpinan-pimpinan partai politik (parpol). Anies tidak menjelaskan parpol mana, tapi dia menyebut pertemuan itu terjadi saat dia menonton final Abang None Jakarta.
“Dan sesungguhnya di tahun 2018 itu saya ini didatangi oleh pimpinan-pimpinan partai politik, yang meminta saya untuk menjadi calon presiden di 2019, bahkan pertemuannya itu waktu itu saya sedang jadi… bukan juri… saya menonton final Abang None Jakarta, 2018, harus ketemu saat ini juga. Saya bilang nggak mungkin saya ketemu sekarang, ini saya di dalam acara. ‘Kami datang di acara’, saya pertemuan di belakang ruangan, ketika mereka bilang ‘ini kami mencalonkan’ apa jawaban saya? Saya bilang ‘saya ini komit di Jakarta 5 tahun, saya tidak bersedia’,” tutur Anies.
Respons Anies Muncul di Bursa Capres
Anies berterimakasih atas survei-survei yang memunculkan namanya sebagai kandidat calon presiden (capres) di Pilpres 2024. Sebab, menurut Anies, tidak seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dirinya tidak berada dalam jalur menjadi capres.
Anies mulanya bicara perihal munculnya banyak persepsi mengenai dia yang akan maju menjadi capres. Padahal kata dia, selama ini dia fokus mengurus Jakarta dan tidak pernah berupaya melakukan kampanye maupun membuat survei mengenai capres.
“Terhormat Betul. Terhormat sekali. Itu kan banyak orang jadi benak orang, dia melihat fakta-faktanya Anies mengerjakan a, b. Itu yang saya kerjakan untuk Jakarta tapi persepsinya (saya ingin menjadi capres, red). Tapi kan itu persepsi dia. Faktanya saya mengerjakan Jakarta. Jadi ketika sekarang ada survei-survei yang nama Anies ada di situ, itu bukan hasil usaha kampanye kami,” ujar Anies.
Anies mengakui memang membuat survei mengenai kinerjanya di Jakarta. Namun, sekali lagi, dia membantah membuat survei terkait capres 2024.
“Saya bikin survei Jakarta karena memang urusannya Jakarta,” katanya.
Anies kemudian mengatakan bahwa angka yang muncul di survei elektabilitas capres dianggapnya bukanlah sebuah statistik. Dia menganggap angka-angka yang dia peroleh di survei merupakan sebuah kepercayaan.
“Saya terima kasih kepada survei-survei karena memberikan kita feedback melampaui wilayah kerja saya. Tapi saya memandang angka yang muncul di survei itu ya bukan sebagai statistik, tapi itu sebagai kepercayaan. Bahwa ada orang-orang yang menitipkan kepercayaan itu,” ujar Anies.
Capres dari Partai NasDem itu lantas menyampaikan terima kasihnya kepada lembaga survei yang mencantumkan namanya dalam daftar tiga besar calon presiden. Padahal, menurut Anies, selama ini dia fokus bekerja untuk Jakarta.
“Padahal saya pada saat ini, saya tidak berada dalam wilayah track untuk menjadi capres. Jadi kalau untuk 3 nama itu misalnya yang di atas, Pak Prabowo jelas, beliau adalah seorang calon presiden ketua umum partai. Pak Ganjar beliau sudah 2 periode menjadi gubernur. Kalau udah dua periode kan nggak bisa 3 periode. Otomatis yang berikutnya adalah menjadi calon presiden. Logis dong. Bahwa punya tim ya logis juga, punya tim juga sah-sah saja,” ungkapnya.