Harianjabar.com

Media online jawa barat | media jawa barat | informasi jawa barat | berita jawa barat | berita bandung | gubernur jawa barat | walikota bandung | walikota bogor | info kuliner jawa barat | Media Jabar | Jabar Online news | Jabar news | Berita online jawa barat | Media online jabar | Info jabar | Harian Jabar.

Lembaga survei: Ridwan Kamil bakal gerus suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat

4 min read

Harianjabar.com – Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan bergabungnya Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil ke Partai Golkar bisa menghambat atau menggerus dukungan publik pada Prabowo Subianto dan Anies Baswedan di Jawa Barat. 

“Hal itu terjadi jika Ridwan Kamil maju sebagai calon wakil presiden atau menjadi juru kampanye untuk calon presiden di luar Prabowo dan Anies,” kata Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam program bertajuk “Bedah Politik bersama Saiful Mujani” episode “Ridwan Kamil dan Calon Presiden Golkar” di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis.

Saiful menuturkan bahwa bergabungnya Ridwan Kamil dengan Partai Golkar adalah salah satu pilihan yang masuk akal bagi Ridwan Kamil karena Golkar adalah partai yang besar. 

Selain itu, di Jawa Barat, partai ini memiliki sejarah kesuksesan sehingga ada harapan bahwa bergabungnya Ridwan Kamil ke Partai Golkar akan membantu partai tersebut baik dalam pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. 

“Apakah Ridwan Kamil akan menjadi calon presiden? ini adalah pertanyaan yang penting,” kata dia.

Akan tetapi jika dilihat dari pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan, Ridwan Kamil menyatakan bahwa dia tahu diri. 

Dia mengatakan tahu diri dalam pengertian ini adalah semua tergantung pada keputusan Partai Golkar dan akan mengikuti keputusan yang ditetapkan oleh partainya.

Saiful menyatakan bahwa Partai Golkar dalam sejarahnya selama ini cukup rasional dalam menentukan calon presiden. 

Pada 2014, ketika Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar, dia tidak otomatis menjadi calon presiden walaupun Partai Golkar adalah partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan. 

“Mereka melihat dinamika di lapangan. Tidak mudah waktu itu bagi Aburizal untuk memenangkan pemilihan presiden. Karena itu dia tidak maju, itu adalah keputusan yang rasional,” katanya.

Pada 2019 juga demikian, sosok Airlangga Hartarto tidak maju sebagai calon presiden tapi memilih bergabung dengan koalisi mendukung Jokowi. 

“Kembali ini adalah perhitungan rasional Golkar berdasarkan perhitungan di lapangan,” kata dia.

Saiful menjelaskan bahwa sekarang Golkar menginginkan Airlangga menjadi calon presiden, namun dinamika di lapangan belum terlihat kuat. 

“Apakah Ridwan Kamil bisa menjadi alternatif untuk menjadi calon presiden Golkar atau setidaknya menjadi calon wakil presiden?” kata dia.
 

Pada survei SMRC Desember 2022, dalam simulasi 11 nama, Ridwan Kamil mendapatkan dukungan publik 7,1 persen. 

Posisi pertama ditempati Ganjar Pranowo dengan 27,3 persen, disusul Anies Baswedan 20 persen, dan Prabowo Subianto 19,8 persen.

Ridwan Kamil berada di posisi keempat. Posisi ini, menurut Saiful, tidak terlalu buruk, tapi juga belum cukup kompetitif.
 

Dan yang paling menarik, menurut Saiful, bahwa para tokoh yang mendapatkan dukungan publik yang lumayan baik memiliki latar belakang gubernur. 

Ada Ganjar sebagai gubernur Jawa Tengah, Anies mantan gubernur DKI Jakarta, dan Ridwan Kamil gubernur Jawa Barat. Hanya saja, dalam temuan ini, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indra Parawansa, tidak sekuat tiga nama tersebut.
 

Saiful menjelaskan bahwa jika dilihat dari data ini, untuk menjadi calon presiden, Ridwan Kamil masih berat.
 

“Berdasarkan data ini, untuk menjadi calon (presiden) dari Golkar, (Ridwan Kamil) belum meyakinkan,” kata pendiri SMRC tersebut.

Dilihat dari tren setahun terakhir, dari Desember 2021 ke Desember 2022, suara Ridwan Kamil mengalami kenaikan dari 4,2 persen menjadi 7,1 persen.

Menurut Saiful, kenaikan ini tidak cukup tajam untuk mendekati suara Ganjar, Anies, dan Prabowo.
 

Saiful menambahkan bahwa Ridwan Kamil memiliki nilai yang agak khusus karena merupakan Gubernur Jawa Barat yang memiliki jumlah pemilih terbesar di Indonesia, sekitar 17 persen. 

Oleh karena itu, Saiful melihat Golkar mengajak Ridwan Kamil bergabung setidak-tidaknya akan bisa menarik pemilih Jawa Barat yang sangat besar, baik untuk pemilihan legislatif maupun untuk pemilihan presiden. 

“Ridwan Kamil diharapkan menjadi vote-getter atau juru kampanye yang bisa menarik pemilih,” katanya.

Pertanyaannya adalah seberapa kuat Ridwan Kamil di Jawa Barat dibanding dengan Prabowo, misalnya? Dalam dua kali pemilihan presiden, Prabowo selalu menang di Jawa Barat. 

Lalu apakah Ridwan Kamil bisa bersaing dengan Prabowo Subianto di Jawa Barat?
 

Survei SMRC menunjukkan bahwa pada Desember 2021, dukungan pada Prabowo di Jawa Barat sangat tinggi, 34,5 persen, sementara Ganjar hanya 13,8 persen, Anies 16 persen, dan Ridwan Kamil 17,4 persen. 

Satu tahun kemudian, Desember 2022, suara Prabowo menjadi 20,8 persen, Ganjar, 16,1 persen, Anies 22,5 persen, dan Ridwan Kamil 20,2 persen. 

Suara Anies, Prabowo, dan Ridwan Kamil seimbang karena selisihnya tidak signifikan secara statistik. Ini, menurut Saiful, mengindikasikan bahwa di Jawa Barat pemilih terbelah.

“Jika tiga tokoh ini bersaing, Prabowo, Anies, maupun Ridwan Kamil tidak bisa menang dominan,” kata Saiful.

Data ini menunjukkan Jawa Barat tidak solid pada satu tokoh. Ridwan Kamil tidak cukup dominan di Jawa Barat. 

Jika Prabowo, Anies, Ridwan Kamil, dan Ganjar maju, di Jawa Barat pun Ridwan Kamil tidak bisa menang. 

Namun Saiful memberi catatan bahwa Ridwan Kamil bisa menghambat suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat.
 

“Jawa Barat terpecah (suaranya),” kata Saiful.

Menurutnya Ridwan Kamil memiliki nilai politik di Jawa Barat, setidaknya masuk tiga besar dalam persaingan Pilpres.

Jika Ridwan Kamil, misalnya, berkampanye untuk tokoh lain di luar Prabowo dan Anies, hal itu potensial menggerus suara dua tokoh tersebut.

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *