Total korban meninggal dunia diperkirakan mencapai 1.700 orang, gempa kedua kembali guncang tenggara Turki
4 min readHarianjabar.com – Angka kematian yang terkonfirmasi akibat gempa pada pagi ini di Turki kini telah naik menjadi 1.014, menurut pernyataan dari Otoritas Manajemen Bencana dan Kedaruratan Turki.
Sementara itu di Suriah, angka kematian kini 783, menurut kantor berita AFP, yang menggabungkan laporan dari otoritas di area-area yang dikontrol pemerintah dan lembaga White Helmets di wilayah di bawah pemberontak.
Digabungkan, angka kematian di dua negara total sebanyak 1.797.
Namun informasi masih diperbarui untuk mengetahui dampak dari gempa kedua yang menghantam Provinsi Kahramanmaras di Turki, yang terjadi beberapa jam setelah gempa pertama di Gaziantep, sekitar 128km jauhnya.
Gempa kedua ini terjadi pada pukul 13.24 waktu setempat.
Pejabat Otoritas Manajemen Bencana dan Kedaruratan Turki menyatakan gempa ini “bukanlah gempa susulan” dan “berbeda” dengan gempa pagi tadi.
Setidaknya 70 orang telah meninggal dunia di Kahramanmaras setelah gempa pertama.
Bagaimana keadaan di Suriah?
Sejumlah video dan foto bermunculan, menunjukkan kerusakan parah yang terjadi di negara ini.
Dalam satu video di Aleppo yang terletak di barat laut, warga berlarian dan berteriak ketika sebuah bangunan runtuh menjadi debu raksasa.
Sejumlah area yang terdampak parah oleh gempa tidak berada di bawah kendali pemerintah, sehingga akses untuk perawatan medis dan perlengkapan gawat darurat terbatas.
White Helmets, organisasi kemanusiaan yang berkerja di daerah-daerah yang dikendalikan oleh pemberontak di Suriah, telah meminta pertolongan kepada dunia.
Gempa dengan kekuatan 7,8 magnitude terjadi pada Senin pagi waktu setempat ketika banyak orang masih tidur. Setelah itu, belasan gempa susulan masih dirasakan warga selama berjam-jam.
Regu penyelamat kini masih melakukan tindakan pencarian dan penyelamatan orang-orang yang terperangkap di bawah reruntuhan setelah ratusan gedung hancur di kedua negara.
Turki mendeklarasikan keadaan darurat negara di provinsi-provinsi yang terdampak dan meminta warga untuk tidak menggunakan telepon seluler sehingga tim-tim penyelamat dapat berkoordinasi.
Jutaan orang di Turki, Suriah, Lebanon, Siprus, dan Israel dilaporkan merasakan getaran gempa – yang titik pusatnya berada di dekat Kota Gaziantep di Turki.
Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan korban meninggal ditemukan di Provinsi Aleppo, Latakia, Hama dan Tartus.
Banyak bangunan runtuh dan tim penyelamat telah dikerahkan untuk mencari korban selamat di bawah tumpukan puing-puing atau reruntuhan dalam skala sangat besar.
Adakah warga Indonesia terdampak gempa di Turki?
Pada Senin pagi, pihak KBRI di Ankara mengatakan tidak ada korban tewas warga negara Indonesia (WNI) menyusul gempa di Turki.
Meski begitu, sejumlah WNI di Kahramanmaras harus meninggalkan apartemen karena mengalami kerusakan parah.
“KBRI Ankara sedang mengupayakan rumah penampungan sementara sambil menunggu penanganan dari otoritas setempat,” tulis penyataan yang diterima oleh BBC Indonesia.
Sejauh ini, tiga orang WNI mengalami luka, satu orang di Kahramanmaras dan dua orang Hatay, dan saat ini sudah dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Terdapat sekitar 6500 WNI yang terdata tinggal di seluruh Turki. Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 500 orang tinggal di area gempa dan sekitarnya. Sebagian besar berstatus pelajar dan mahasiswa dan sebagian lainnya adalah WNI yang menikah dengan warga setempat serta pekerja di organisasi internasional.
Mengira akan ‘akan mati’ karena gempa
Seorang pria mengatakan kepada BBC bahwa dia yakin keluarganya “akan mati” ketika gempa mengguncang apartemen berlantai lima, tempat mereka tinggal, di Kota Adana, Turki bagian selatan.
“Saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam hidup saya. Kami bergoyang hampir satu menit,” ujar Nilüfer Aslan.
Saat guncangan itu, dia memanggil para anggota keluarganya yang berada di kamar lain.
“[Saya berkata] ‘Ada gempa, mari kita mati bersama di tempat yang sama’… Itu satu-satunya hal yang terlintas di pikiran saya.”
Ketika gempa berhenti, Aslan melarikan diri ke luar apartemen.
“Saya tidak membawa apa pun, saya berdiri di luar dengan bersandal,” ungkapnya, seraya menyaksikan empat bangunan di sekitarnya runtuh.
‘Tidak pernah merasakan hal seperti ini dalam 40 tahun’
Warga setempat menggambarkan ketakutan dan kebingungan saat gempa dahsyat mengguncang pada dini hari.
“Lukisan berjatuhan dari dinding rumah,” ungkap Samer, warga ibu kota Suriah, Damaskus, kepada Kantor Berita Reuters.
“Saya terbangun dengan dibekap ketakutan. Kami sekeluarga kemudian berdiri di depan pintu.”
Di Kota Gaziantep, Turki, seorang warga bernama Erdem menggambarkan guncangan hebat.
“Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini selama 40 tahun hidup saya,” katanya kepada Reuters melalui telepon.
“Semua orang duduk di mobil mereka, atau mencoba mengemudi ke ruang terbuka yang jauh dari bangunan.”
“Saya membayangkan tidak ada satu orang pun di Gaziantep yang ada di rumah mereka sekarang.”
Pria lainnya di Kota Pazarcık mengatakan, keluarganya terbangun karena guncangan kuat, dan menanti dengan cemas hingga fajar tiba, dalam dekapan cuaca dingin dan suasana tegang.
“Ada bangunan yang hancur di sekitar saya, ada rumah yang terbakar. Ada bangunan yang retak. Sebuah bangunan runtuh hanya berjarak 200 meter dari tempat saya berada sekarang,” kata Nihat Altundağ, sepertyi dilaporkan The Guardian.
“Orang-orang semua di luar, semua dalam ketakutan.”
Puluhan bangunan rusak
Di kota Osmaniye dan Şanlıurfa, yang terletak di bagian tenggara Turki, dilaporkan sedikitnya 50 bangunan rusak kedua kota ini berada di bagian tenggara Turki.
Sebelumnya, gempa kuat telah melanda wilayah Gaziantep di bagian tenggara Turki, dekat perbatasan Suriah.
Getaran gempa terasa sampai ke ibu kota Ankara, dan kota lain di Turki, dan juga wilayah lainnya.
Banyak bangunan runtuh, dan dilaporkan orang-orang masih terjebak di dalamnya.
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleymon Soylu mengatakan 10 kota terdampak gempa: Gaziantep, Kahramanmaras, Hatay, Osmaniye, Adiyaman, Malatya, Sanliurfa, Adana, Diyarbakir dan Kilis.