Kaki Siswa SD di Bekasi Diamputasi, Komisi VIII DPR Soroti Kasus Bullying
3 min readharianjabar.com – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily, mengangkat kasus perundungan atau bullying terhadap siswa SD berusia 12 tahun inisial F di Bekasi, yang akhirnya mengakibatkan amputasi kaki. Kang Ace, panggilannya, mendorong kerjasama lintas kementerian/lembaga, termasuk aparat penegak hukum, dalam upaya menangani permasalahan bullying yang semakin marak di Indonesia.
“Memang penanganannya (bullying) harus antarsektor. Tidak bisa dilakukan secara parsial. Selama ini kan sebetulnya di masing-masing instansi memiliki institusi yang bertanggung jawab dalam perlindungan terhadap anak,” kata Ace dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/11/2023).
Kang Ace mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus perundungan yang dialami F. Ia menyebut bahwa masalah bullying di Indonesia sudah seperti fenomena gunung es yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan
“Atas kasus perundungan di Bekasi ini, tentu kami sangat prihatin. Kasus seperti ini seperti gunung es, tampak sedikit di permukaan padahal sudah menjadi fenomena dalam kehidupan anak-anak kita,” ungkapnya.
Kang Ace mengungkapkan bahwa peristiwa di Bekasi menambah catatan bahwa perundungan bisa memiliki dampak fisik yang serius pada seorang anak. Dia juga menegaskan bahwa seharusnya anak-anak merasa aman di sekolah, yang seharusnya menjadi tempat pendidikan dan pertumbuhan mereka.
“Kita harus memastikan bahwa korban mendapatkan keadilan sesuai hukum dan pihak sekolah menjadi pihak yang sangat bertanggung jawab agar tidak terjadi kejadian perundungan meskipun dengan maksud bercanda,” ujarnya.
Selain itu, Ace menegaskan pentingnya memberikan akses kepada korban perundungan untuk layanan medis dan rehabilitasi. Menurutnya, kehilangan salah satu kaki merupakan dampak fisik yang sangat serius, dan korban harus menerima perawatan yang sesuai untuk pemulihan fisik mereka.
“Selain perawatan fisik, pendampingan psikologis juga sangat penting. Trauma yang dialami F akan berdampak pada kesejahteraan mentalnya,” tegasnya
Dia berpendapat bahwa kasus di Bekasi dapat menjadi peluang untuk mengevaluasi kebijakan terkait penanganan kekerasan atau perundungan. Menurutnya, perlu adanya prosedur operasional standar (SOP) yang jelas dari sekolah dalam mengatasi kasus bullying.
“Pemerintah harus memastikan bahwa sekolah memiliki prosedur dan peraturan yang memadai untuk mencegah dan menangani kekerasan di antara siswa,” tegasnya.
Oleh karena itu, Kang Ace mendorong Pemerintah membentuk Satgas Anti-Bullying guna meminimalisir kasus perundungan, khususnya yang melibatkan anak sekolah. Sebab penanganan kasus bullying, terutama yang punya efek besar, berkaitan dengan banyak sektor.
“Masalah bullying saling berkaitan antara satu hal dengan hal yang lain. Termasuk bagaimana peran keluarga dan lingkungan juga sangat berpengaruh. Seperti yang saya sampaikan, tidak bisa parsial. Harus ada penanganan menyeluruh,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kang Ace mendorong Pemerintah untuk mendirikan Satuan Tugas Anti-Bullying dengan tujuan meminimalisir kasus perundungan, terutama yang melibatkan anak-anak di sekolah. Hal ini disebabkan penanganan kasus bullying, terutama yang memiliki dampak signifikan, melibatkan banyak sektor.
“Karena perundungan di antara anak-anak harus dicegah sedini mungkin dengan berbagai pendekatan, termasuk bagaimana tindakan terbaik yang harus diambil karena korban dan pelaku sama-sama anak. Harus ada treatment khusus,” ungkapnya.
Terungkap bahwa seorang siswa kelas 6 Sekolah Dasar (SD) berusia 12 tahun inisial F di Bekasi mengalami kasus bullying yang menyedihkan, yang akhirnya mengakibatkan amputasi kakinya.
Peristiwa dimulai ketika korban hendak pergi ke kantin untuk membeli makanan, namun tiba-tiba dijegal oleh seorang teman sekelasnya. Setelah terjatuh, korban malah menjadi sasaran perundungan lebih lanjut.
Akibat perundungan yang terjadi pada Februari 2023, kaki F mengalami cedera dan infeksi. Kondisi kaki F kemudian semakin memburuk, dan ia didiagnosa mengidap kanker tulang yang diduga berkaitan dengan luka akibat perundungan oleh teman-temannya. Akhirnya, kaki F harus diamputasi.