Harianjabar.com

Media online jawa barat | media jawa barat | informasi jawa barat | berita jawa barat | berita bandung | gubernur jawa barat | walikota bandung | walikota bogor | info kuliner jawa barat | Media Jabar | Jabar Online news | Jabar news | Berita online jawa barat | Media online jabar | Info jabar | Harian Jabar.

Asal Muasal Tisu Dipakai Bule untuk Cebok

2 min read

harianjabar.com – Orang Indonesia atau beberapa negara lainnya seringkali menggunakan air untuk membersihkan dubur setelah buang air besar. Air digunakan dengan tangan kiri yang membasuh wilayah sekitar bokong untuk mencuci area tubuh tersebut dari kotoran.

Namun hal ini sangat berbeda di Dunia Barat. Di sana, para warga seringkali hanya menggunakan tisu untuk membersihkan wilayah dubur setelah buang air besar.

Kebiasaan warga Barat ini bukan tanpa alasan. Ada sejarah panjang yang meliputi hal tersebut, dan hal ini turut melibatkan iklim yang melekat di sebuah wilayah.

Dalam riset “Toilet hygiene in the classical era” (2012), penggunaan tisu sebagai pembersih kotoran justru terdeteksi pertama kali di China, bukan dunia Barat. Kala itu, penduduk China berhasil menciptakan tisu sebagai pengembangan lebih lanjut dari kertas, yang juga pertama kali ditemukan di Negeri Tirai Bambu.

Jejak tisu toilet pertama kali muncul di Barat pada abad ke-16. Sastrawan Prancis, Francois Rabelais, adalah orang pertama yang menyebut soal tisu toilet. Itupun, katanya, tidak efektif digunakan buat cebok.

Lantas, jika disebut tidak efektif, kenapa tisu toilet terus digunakan oleh masyarakat Barat?

Baca:Warga RI Ramai-Ramai Pindah Kerja ke Jepang, Ini Alasannya

Menurut situs Buzz Feed, penyebabnya adalah faktor cuaca. Cuaca dingin tentu saja membuat masyarakat di sana malas bersentuhan dengan air. Entah itu urusan mandi atau cebok. Sementara masyarakat tropis, tentu tidak keberatan kalau bersentuhan dengan air. Malah, jika tidak terkena air, seseorang merasa akan kegerahan.

Atas dasar inilah, terjadi perbedaan penggunaan media cebok antara dua masyarakat itu. Masyarakat Barat atau secara umum masyarakat beriklim dingin menggunakan tisu. Sedangkan, sisanya menggunakan air. Plus penggunaan air untuk cebok sejalan juga dengan ajaran keagamaan, baik itu di Islam atau Hindu.

Sebagaimana dilaporkan CNN International, kepopuleran tisu sebagai alat cebok oleh masyarakat non-tropis sejalan dengan kemunculan masif pabrik tisu, terlebih usai muncul inovasi baru, yakni tisu gulung pada 1890.

Meski begitu, selain oleh faktor iklim, ternyata ada alasan lain yang mempengaruhi, yakni pola konsumsi. Orang bule yang biasa mengkonsumsi makanan rendah serat menghasilkan kotoran yang lebih sedikit dan rendah air, sehingga mereka membersihkannya hanya dengan tisu.

Sementara orang Asia, Afrika, dan sebagian Eropa kebalikannya. Mereka sering menyantap makanan tinggi serat yang menghasilkan lebih banyak kotoran dan air. Alhasil, metode air pun jadi jalan terbaik membersihkan kotoran.

Terlepas dari perbedaan tim cebok pakai air atau tisu, riset ilmiah telah membuktikan bahwa cebok menggunakan air lebih bersih. Kotoran yang mengandung bakteri dan kuman bisa seluruhnya hilang.

Kendati demikian, cebok pakai tisu sulit dilepaskan karena sudah terlanjur terikat kebudayaan dan mengakar lintas generasi. Jadi, itulah alasan kenapa orang bule atau secara umum masyarakat beriklim dingin terbiasa cebok hanya pakai tisu.

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *