Tanda Baru Kiamat Bumi Muncul dari Samudra Atlantik
3 min readharianjabar.com –Tanda-tanda ‘kiamat bumi’ atau perubahan iklim mulai terlihat di Samudera Atlantik. Terjadi kerusakan sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC).
The Guardian melaporkan sirkulasi laut di Samudera Atlantik sedang menuju titik kritis yang merupakan berita buruk bagi sistem iklim dan umat manusia.
Para ilmuwan pada penelitiannya juga terkejut dengan kecepatan titik kerusakan itu bisa tercapai. Meski mereka juga belum dapat memprediksi seberapa cepat hal itu bisa terjadi.
Dengan model komputer dan data masa lalu, peneliti mengembangkan indikator peringatan dini terhadap rusaknya sirkulasi AMOC atau sistem arus laut yang merupakan komponen kunci dalam regulasi iklim global.
Ilmuwan menemukan AMOC sudah berada pada jalur perubahan yang mendadak, yang belum pernah terjadi lebih dari 10.000 tahun dan akan berdampak buruk pada Sebagian besar dunia.
AMOC, yang meliputi sebagian Arus Teluk dan arus kuat lainnya, adalah sabuk pengangkut laut yang membawa panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik, tempat ia mendingin dan tenggelam ke laut dalam. Pengadukan ini membantu mendistribusikan energi ke seluruh bumi dan memodulasi dampak pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.
Sistem ini terjadi akibat mencairnya gletser di Greenland dan lapisan es Arktik yang lebih cepat dari perkiraan. Sehingga mengalirkan air tawar ke laut dan menghambat tenggelamnya air yang lebih asin dan hangat dari selatan.
Penelitian menunjukan Amoc sendiri telah mengalami penurunan sebesar 15% sejak tahun 1950 dan berada pada kondisi terlemahnya dari satu millennium.
Selain itu berdasarkan penelitian berdasarkan perubahan suhu di permukaan laut menunjukan titik kritis bisa terjadi antara tahun 2025 dan 2095. Meski Kantor Meteorologi Inggris mengatakan perubahan besar dan cepat di AMOC tidak mungkin terjadi.
“Sangat tidak mungkin terjadi pada abad ke 21,” tulisnya.
Makalah baru yang diterbitkan Science Advance juga membuat penelitian pada tingkat salinitas di bagian Selatan Samudra Atlantik antara Cape Town dan Buenos Aires. Dengan cara melakukan simulasi perubahan iklim global dalam jangka waktu 2.000 tahun pada model komputer.
Ditemukan bahwa penurunan AMOC yang lambat dapat menyebabkan keruntuhan mendadak dalam waktu kurang dari 100 tahun, dengan konsekuensi bencana. Makalah itu menegaskan jawaban bahwa hal itu bisa memberikan ‘berita buruk’ bagi bumi.
“Ini adalah berita buruk bagi sistem iklim dan umat manusia karena hingga saat ini orang mungkin berpikir bahwa AMOC hanya konsep teoritis dan tipping akan hilang segera,” tulis laporan itu.
Laporan itu juga menunjukan dampak runtuhnya Amoc, membuat permukaan di Atlantik akan naik satu meter di beberapa wilayah. Sehingga akan menggenangi banyak kota di pesisir.
Selain itu dampaknya musim hujan dan kemarau di Amazon akan berubah, hingga suhu di dunia akan berfluktuasi jauh yang tidak menentu. Juga belahan bumi selatan akan menjadi hangat dan eropa akan mengalami suhu yang dingin drastic dengan curah hujan yang lebih sedikit.
Adapun laporan itu juga mengungkapkan perubahan itu dapat terjadi 10 kali lebih cepat dibandingkan saat ini. Sehingga adaptasi hampir mustahil dilakukan.
“Yang mengejutkan adalah kita menuju itu,” kata penulis utama makalah tersebut, René van Westen dari Universitas Utrecht.
“Ini akan sangat menghancurkan,” lanjutnya.
Namun Rene mengatakan belum ada cukup data untuk mengatakan hal ini kapan akan terjadi. Namun perubahan dipastikan terjadi.
“Kami bergerak ke arah itu, agak menakutkan. Kita perlu menangani perubahan iklim dengan lebih serius,” sebutnya.