Presiden Iran Peringatkan Konsekuensi Serius jika Perang Israel-Hizbullah Meluas
2 min readHarianjabar.com- Israel ingin menyeret Timur Tengah ke dalam perang besar-besaran dengan memprovokasi Iran untuk bergabung dengan konflik yang telah berlangsung hampir setahun antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Hal ini diungkap Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Senin (23/9/2024), sembari memperingatkan bahwa konsekuensi atas hal itu tidak dapat dipulihkan.
Pezeshkian berbicara kepada sekelompok wartawan setelah kedatangannya di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB.
“Kami tidak ingin menjadi penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah karena konsekuensinya tidak dapat dipulihkan,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
“Kami ingin hidup dalam damai, kami tidak ingin perang,” tambahnya. “Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik habis-habisan ini.”
Pezeshkian, seorang politisi yang relatif moderat yang terpilih pada bulan Juli lalu dengan menjanjikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, menuduh komunitas internasional bungkam dalam menghadapi apa yang ia sebut sebagai genosida Israel di Gaza.
Seruan Pezeshkian untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah melalui dialog muncul setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara yang intens terhadap Hizbullah pada Senin, yang menjadikannya hari paling mematikan di Libanon dalam hampir satu tahun konflik antara Israel dan kelompok yang didukung Teheran tersebut.
“Kami akan membela kelompok manapun yang mempertahankan hak-haknya dan dirinya sendiri,” kata Pezeshkian, saat ditanya apakah Iran akan masuk ke dalam konflik antara Israel dan Hizbullah. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang juga berada di New York, menggambarkan situasi ini sebagai sebuah perang yang hampir terjadi.
Dia mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk menghentikannya.
“Di sini, di New York, adalah saat yang tepat untuk melakukannya,” ujarnya.
Puluhan ribu orang telah mengungsi dari kota-kota dan desa-desa di kedua sisi perbatasan akibat baku tembak yang terjadi hampir setiap hari antara pasukan Israel dan Hizbullah. Israel mengatakan bahwa mereka lebih memilih solusi diplomatik yang membuat Hizbullah mundur lebih jauh dari perbatasan.
Namun, Hizbullah, yang juga mengatakan ingin menghindari konflik habis-habisan, mengatakan bahwa hanya penghentian perang di Gaza yang akan menghentikan pertempuran.
Upaya gencatan senjata Gaza menemui jalan buntu setelah berbulan-bulan pembicaraan yang gagal yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan Amerika Serikat.