Bekasi, HarianJabar.com – Perjalanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuju Amerika Serikat untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB menjadi sorotan publik internasional. Bukan hanya karena agendanya di forum global, melainkan lantaran jalur penerbangan yang ditempuh dinilai tidak lazim dan sarat makna politik.
Pesawat yang ditumpangi Netanyahu dilaporkan menghindari sebagian besar wilayah udara Eropa, terutama Prancis dan Spanyol. Menurut laporan TRT World yang mengutip sumber di Israel, pesawat tersebut terpaksa memutar jalur hingga melintasi Selat Gibraltar sebelum menyeberangi Samudra Atlantik.
Ketegangan Diplomatik dengan Eropa
Langkah ini dipandang sebagai refleksi dari hubungan yang memburuk antara Netanyahu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, sekaligus menunjukkan jarak politik Israel dengan sejumlah negara Eropa.
Ketegangan tersebut juga kian diperburuk oleh posisi tegas Eropa dalam isu Gaza dan dukungan terhadap langkah-langkah hukum internasional yang menjerat pejabat Israel.

Ketakutan Penangkapan oleh ICC
Namun, di balik jalur memutar itu terselip kekhawatiran yang lebih serius. Netanyahu disebut takut ditangkap berdasarkan surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) jika pendaratan darurat memaksanya turun di negara anggota ICC.
Seperti diketahui, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan resmi terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang yang terjadi di Gaza pada 2024. Meski Netanyahu berulang kali menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya “tidak masuk akal”, risiko hukum tetap membayangi.
Hingga kini, ada 124 negara anggota ICC, termasuk Prancis, Spanyol, Italia, dan Yunani—negara-negara yang wilayah udaranya justru dihindari pesawat Netanyahu.
Penerbangan Lebih Lama Dua Jam
Data penerbangan dari FlightRadar24 yang dikutip ABC News turut mengonfirmasi kejanggalan rute tersebut.
“Pesawat Netanyahu sempat terbang di atas Yunani dan Italia, lalu mengambil jalur memutar melalui Mediterania, Selat Gibraltar, dan akhirnya melintasi Atlantik menuju New York,” tulis laporan itu.
Akibatnya, durasi penerbangan bertambah lebih dari dua jam. Penerbangan reguler Tel Aviv – New York biasanya memakan waktu kurang dari 11 jam, tetapi rombongan Netanyahu menempuh perjalanan hingga 13 jam.
Beban Politik bagi Negara Anggota ICC
Kekhawatiran Netanyahu dianggap beralasan, sebab negara anggota ICC memiliki kewajiban hukum untuk melaksanakan perintah penangkapan jika seorang tersangka berada di wilayah mereka.
Bagi negara-negara anggota ICC, menerima Netanyahu berarti menghadapi dilema politik besar: antara mematuhi kewajiban hukum internasional atau menjaga hubungan diplomatik dengan Israel dan sekutunya, terutama Amerika Serikat.
Situasi ini menjadikan perjalanan Netanyahu bukan sekadar agenda diplomasi, tetapi juga simbol betapa peliknya persinggungan antara politik global, hukum internasional, dan konflik Gaza.