
Gaza – Lebih dari 300 staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilaporkan tewas sejak awal agresi militer Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023. Jumlah ini menjadi angka korban jiwa tertinggi yang pernah dialami PBB dalam satu konflik modern.
Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menyampaikan keprihatinannya dalam pernyataan resmi. Ia menyebut tragedi ini sebagai “luka yang dalam bagi keluarga besar PBB dan komunitas kemanusiaan dunia”.
“Ini bukan hanya angka. Di balik setiap nama ada keluarga, sahabat, dan dedikasi panjang terhadap misi kemanusiaan,” ujar Lazzarini, Senin (28/7).
Kondisi Kemanusiaan Gaza Semakin Memburuk
Selain korban jiwa dari kalangan staf PBB, Lazzarini juga mengungkapkan bahwa ribuan warga sipil di Gaza saat ini menghadapi kelaparan akut, kekurangan air bersih, dan akses medis yang minim. Fasilitas kesehatan dan pendidikan hancur, sementara bantuan kemanusiaan sulit menjangkau wilayah terdampak karena blokade dan risiko keamanan.
PBB menyerukan gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan, demi menyelamatkan nyawa yang masih bisa diselamatkan.
Respons Internasional dan Seruan Investigasi
Tragedi tewasnya ratusan staf PBB turut memicu seruan internasional agar dilakukan penyelidikan independen terhadap serangan yang menimpa fasilitas-fasilitas kemanusiaan. Beberapa organisasi HAM mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak tegas.
“Menyerang staf dan fasilitas PBB bukan hanya melanggar hukum internasional, tapi juga menghancurkan harapan rakyat Gaza akan bantuan dan keselamatan,” kata Human Rights Watch dalam pernyataan tertulis.
Konflik Belum Mereda, Korban Terus Bertambah
Hingga kini, pertempuran antara militer Israel dan kelompok Hamas di Gaza masih berlangsung, dengan korban jiwa dari warga sipil Palestina yang terus meningkat. PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan dunia mendesak agar semua pihak menahan diri dan mengutamakan perlindungan terhadap warga sipil.