
Bandung, HarianJabar.com – Pagi itu, Rabu (22/10/2025), suasana Pasar Sederhana di Kota Bandung tampak cukup ramai. Namun, tidak semua kios menikmati keramaian yang sama. Di antara deretan kios di Jalan Jurang, kios beras milik Deni justru terlihat lengang.
Deni, pria yang telah berjualan beras selama 30 tahun di pasar tersebut, tampak lebih sering merapikan karung-karung dagangannya ketimbang melayani pembeli. Ia mengaku penurunan pengunjung ke kiosnya sangat drastis sejak harga beras mulai merangkak naik.
“Naik seribuan, bertahap tapi. Medium Rp14 ribu paling murah, asalnya Rp13 ribu. Premium tadinya Rp16 ribu, jadi Rp17 ribu. SPHP sudah sesuai Rp12.500,” ujar Deni.
Menurut Deni, kenaikan harga ini membuat sebagian konsumen mengurangi pembelian atau beralih ke beras dengan kualitas yang lebih rendah.
“Banyak pembeli yang sekarang lebih pilih beras medium karena harganya lebih terjangkau,” tambahnya.

Dampak Kenaikan Harga Beras pada Pembeli
Salah seorang pembeli, Ibu Sari, mengaku merasakan langsung dampak dari kenaikan harga beras ini.
“Sekarang saya harus lebih hemat. Kalau biasanya beli 5 kilogram, sekarang cukup 3 kilogram saja,” katanya.
Kenaikan harga beras ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk biaya produksi yang meningkat dan fluktuasi pasokan di tingkat petani. Pemerintah sendiri telah berupaya mengendalikan harga dengan menetapkan harga eceran tertinggi dan melakukan operasi pasar.
Harapan Pedagang dan Konsumen
Meski menghadapi tantangan, Deni berharap harga beras dapat kembali stabil agar usaha kecil seperti miliknya bisa terus bertahan dan melayani masyarakat dengan baik.
“Saya harap pemerintah bisa membantu menstabilkan harga supaya kami pedagang dan pembeli sama-sama tidak dirugikan,” ujar Deni menutup percakapan.