Bekasi, HarianJabar.com – Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menilai pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang menyamakan sistem Coretax dengan aplikasi buatan anak SMA hanyalah bentuk gaya hiperbola khas sang menteri.
“Gaya bahasanya Pak Purbaya kan memang begitu,” ujar Piter kepada inilah.com, Sabtu (25/10/2025).
Meski menilai gaya komunikasinya agak berlebihan, Piter justru mendukung penuh langkah Purbaya yang berencana mengaudit dan mengevaluasi Coretax secara menyeluruh.
“Tujuannya untuk mengoptimalkan sistem perpajakan agar bisa membantu meningkatkan penerimaan pajak yang pada gilirannya memperkuat APBN,” tandasnya.
Audit dan Hacker Lokal
Sebelumnya, Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan akan merekrut peretas putih (white hacker) untuk menguji sistem Coretax, aplikasi warisan dari mantan Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
Langkah ini dilakukan setelah pihaknya menerima banyak laporan mengenai bug dan kendala teknis dalam sistem yang dikembangkan selama empat tahun oleh perusahaan asing.
“Kita sudah panggil hacker kita, yang jago-jago. Ini orang Indonesia semua, bahkan ada yang ranking dunia,” ungkap Purbaya di Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, hasil uji coba awal menunjukkan bahwa sistem Coretax tidak dibangun secara optimal. Bahkan, ia menyebut struktur kodenya seperti dibuat oleh “lulusan SMA”.
“Begitu dicek source code-nya, tim saya bilang: ini programmer tingkat baru, bukan orang jagoan. Jadi kayaknya kita dikibulin asing,” ujar Purbaya setengah bercanda.
Coretax: Sistem Pajak Warisan yang Bermasalah
Coretax merupakan proyek modernisasi sistem administrasi perpajakan nasional yang mulai dikembangkan sejak 2021. Tujuannya untuk mengintegrasikan data wajib pajak, pelaporan, dan pembayaran dalam satu platform digital.
Namun, sejak diluncurkan, sistem ini kerap dikeluhkan oleh pengguna karena sering mengalami lambatnya proses dan gangguan koneksi. Sejumlah pejabat pajak pun mengakui masih banyak aspek teknis yang belum berjalan optimal.
“Problem kritis sering dialami pengguna, terutama di bagian interface dan data sinkronisasi,” jelas Purbaya.

Hacker Lokal Berpengalaman Rusia
Dalam upaya perbaikan, Menkeu mengaku telah melibatkan tim elite hacker Indonesia yang pernah dilatih di Rusia selama enam bulan.
“Dia dilatih di tempat tertutup, kayaknya mirip KGB juga,” kata Purbaya berseloroh.
Hacker tersebut disebut-sebut pernah membantu mengamankan sistem di Kemenko Polhukam serta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) saat Purbaya masih menjabat di sana.
“Saya percaya dia, karena sudah pernah ngetes jaringan LPS juga,” tambahnya.
Langkah Reformasi Pajak Digital
Langkah Purbaya menggandeng hacker lokal dinilai banyak pihak sebagai angin segar bagi reformasi digital sektor keuangan negara.
Selain menunjukkan kepercayaan terhadap talenta siber Indonesia, langkah ini juga diharapkan dapat menghemat biaya dan mengurangi ketergantungan terhadap vendor asing.
Piter Abdullah menilai, selama audit dilakukan secara profesional dan transparan, langkah Purbaya dapat memperkuat pondasi digital fiskal nasional.
“Kalau hasilnya sistem pajak kita jadi lebih kuat dan aman, itu capaian besar,” tegasnya.
Kisruh Coretax membuka babak baru dalam transformasi digital perpajakan Indonesia.
Dengan gaya lugas dan langkah tak konvensional, Purbaya Yudhi Sadewa berusaha menunjukkan bahwa kedaulatan teknologi fiskal harus dikembalikan ke tangan bangsa sendiri.
Dan bila audit besar-besaran ini berhasil, publik bisa berharap pada satu hal: pajak lebih efisien, sistem lebih transparan, dan penerimaan negara lebih kuat.
