Sumatra Utara, HarianJabar.com– Di balik dinginnya udara pegunungan Dolok Sanggul, terdapat satu kuliner yang membuat lidah bergoyang sekaligus memicu rasa penasaran: rendang daging kuda. Tak sekadar unik, hidangan khas Batak ini menyimpan cerita tradisi sekaligus sensasi rasa yang berbeda dari rendang biasanya.
Rendang kuda ini tidak menggunakan resep sembarangan. Masyarakat lokal meraciknya dengan rempah-rempah khas Tanah Batak, seperti andaliman, bunga kecombrang, bawang batak, hingga santan kental. Dimasak dengan api kecil selama berjam-jam, tekstur daging menjadi sangat empuk, bahkan diklaim lebih lembut dari daging sapi.
“Kalau sudah coba sekali, pasti ketagihan,” kata Borhat Manullang, perajin kuliner tradisional di Pasar Dolok Sanggul. “Banyak yang awalnya ragu, tapi setelah mencicipi, malah cari lagi.”
Kuliner ini kerap disajikan saat acara adat, pernikahan, atau pesta besar keluarga. Namun kini, rendang daging kuda mulai banyak diburu oleh para pencinta kuliner ekstrem dan petualang rasa, terutama wisatawan dari luar daerah.
www.service-ac.id
“Saya baru pertama kali makan daging kuda, dan ini luar biasa. Tidak bau, malah gurih dan aromatik,” ujar Lusi, wisatawan asal Bandung yang tengah berlibur ke Sumatra Utara.
Daging kuda yang digunakan pun berasal dari peternakan lokal. Hanya hewan tertentu yang dipilih—biasanya yang sudah tidak digunakan sebagai transportasi dan dalam kondisi sehat.
Meski belum banyak terdengar di luar Sumatra Utara, rendang kuda berpotensi menjadi warisan kuliner nasional yang bisa mendunia. Keunikannya bukan hanya terletak pada bahan utama, tapi juga dalam filosofi dan rasa yang mewakili kekayaan budaya Batak.
Bagi kamu yang menyukai kuliner berani, rendang daging kuda dari Dolok Sanggul jelas patut dicoba. Rasanya eksotik, teksturnya lembut, dan yang terpenting: penuh cerita dari tanah Batak.
