Bekasi, HarianJabar.com — Aktivitas Gunung Merapi kembali meningkat. Gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ini pada Minggu (2/11/2025) tercatat enam kali meluncurkan awan panas guguran (APG) dengan jarak luncur maksimum 2.500 meter ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso, mengatakan peningkatan aktivitas ini menandakan masih adanya suplai magma di bawah kubah Merapi.
“Estimasi jarak luncur mencapai 2.500 meter dengan amplitudo maksimum 59 milimeter dan durasi 279,5 detik,” ujar Agus dalam keterangan resminya.
Selain enam kali awan panas, tercatat pula dua kali guguran lava pijar dengan jarak luncur hingga 1.000 meter ke arah barat daya, tepatnya di alur Kali Sat/Putih dan Kali Krasak.
Aktivitas Padat Seharian
Luncuran awan panas pertama terjadi pada pukul 11.04 WIB, diikuti yang kedua pada 11.11 WIB. Aktivitas terus berlanjut hingga sore hari, dengan empat luncuran tambahan pada pukul 14.27 WIB, 15.00 WIB, 16.08 WIB, dan 17.21 WIB.
Semua luncuran bergerak ke arah barat daya, arah yang dikenal berisiko tinggi bagi permukiman warga dan jalur aliran sungai vulkanik.
“Suplai magma masih aktif dan berpotensi memicu guguran baru di wilayah potensi bahaya,” lanjut Agus.

Status Masih Siaga III
BPPTKG menegaskan status Gunung Merapi tetap berada pada Level III (Siaga). Masyarakat di sekitar lereng gunung diminta untuk tidak beraktivitas di zona bahaya, terutama di sektor barat daya dan tenggara.
Potensi bahaya meliputi:
- Sungai Boyong (radius 5 km)
- Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (radius 7 km)
- Sungai Woro (3 km)
- Sungai Gendol (5 km)
Selain ancaman awan panas, warga juga diminta waspada terhadap banjir lahar dingin saat hujan deras mengguyur puncak Merapi.
“Kami mengimbau warga untuk selalu memperbarui informasi dari BPPTKG dan BPBD setempat,” tambah Agus.
Pemantauan Terus Dilakukan
Petugas dari BPPTKG dan PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik Merapi dari berbagai pos pengamatan. Jalur evakuasi dan pos pengungsian di wilayah Sleman dan Magelang juga telah disiagakan.
Gunung Merapi dikenal sebagai gunung api paling aktif di Indonesia. Aktivitasnya yang fluktuatif menuntut kesiapsiagaan tinggi, terutama bagi warga di kawasan rawan bencana.
