Bandung, HarianJabar.com – Polemik yang terus berlangsung di tubuh pengelolaan Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) kembali menjadi sorotan publik. Bukan hanya manajemen yang terdampak, namun satwa-satwa yang seharusnya mendapat perlindungan dan perawatan optimal kini justru menjadi korban dari konflik yang tak kunjung usai.
Sejumlah aktivis lingkungan dan pemerhati satwa menyayangkan situasi ini. Mereka menilai bahwa tarik-menarik kepentingan antara pihak pengelola dan pemangku kebijakan justru membuat kesejahteraan satwa terabaikan.
“Sudah cukup lama konflik internal ini berlangsung. Tapi yang paling dirugikan adalah satwa-satwa yang hidup di sana. Mereka tidak bisa menunggu sampai urusan manusia selesai,” kata Dwi Hartono, aktivis dari LSM Animal Care Indonesia, Kamis (16/10/2025).

Diketahui, permasalahan ini berakar dari ketidaksepahaman antara pihak pengelola lama dan pihak yayasan baru yang mengklaim kepemilikan. Akibatnya, sejumlah program konservasi dan perawatan kandang menjadi terhambat. Bahkan, laporan terakhir menunjukkan adanya keterlambatan dalam distribusi pakan dan perawatan medis satwa.
Warga Bandung yang selama ini menjadikan kebun binatang sebagai destinasi edukasi pun mulai kecewa.
“Anak-anak kami ke sini untuk belajar cinta lingkungan, tapi kenyataannya kami melihat kandang kotor dan satwa-satwa tampak lemas,” ujar Lina, pengunjung asal Cimahi.
Pemerintah Kota Bandung pun didesak untuk turun tangan secara lebih tegas, tidak hanya menjadi penonton. Banyak pihak berharap intervensi serius bisa dilakukan demi menyelamatkan nasib satwa dan menjadikan Bandung Zoo sebagai tempat edukatif yang aman dan layak bagi seluruh makhluk hidup di dalamnya.
“Jika konflik ini tak kunjung diselesaikan, sebaiknya operasional dihentikan sementara dan satwa-satwa dialihkan ke lembaga konservasi lain yang lebih siap,” tambah Dwi.
Kini harapan besar tertuju pada upaya mediasi dan evaluasi total yang bisa menghadirkan solusi jangka panjang, bukan sekadar tambal sulam.
