
Bahaya kurang seks tidak hanya berdampak pada kehidupan emosional, tetapi juga kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Para ahli mengungkapkan bahwa kurangnya aktivitas seksual dapat meningkatkan risiko stres, depresi, bahkan berkontribusi pada kondisi medis serius yang berujung pada kematian.
Seorang psikolog terkemuka, Dr Sham Singh dikutip Dailymail, Minggu (16/3/2025), memperingatkan bahwa menekan dorongan seksual tanpa adanya cara alternatif untuk meredakan stres dapat memicu kecemasan, iritabilitas, dan suasana hati yang tidak stabil.
“Aktivitas seksual membantu mengurangi stres melalui pelepasan endorfin dan oksitosin, yaitu zat kimia dalam otak yang berperan dalam mengurangi rasa sakit serta meningkatkan rasa bahagia. Selama hubungan seksual, kadar endorfin dalam tubuh bahkan bisa meningkat hingga 200 persen,” jelas Dr Singh, spesialis kesehatan seksual dan psikiater.

Bahaya kurang seks juga dapat memicu rasa malu dan kecemasan sosial, yang dapat memperburuk tingkat stres seseorang. Sebuah studi pada tahun 2021 terhadap 4.000 partisipan menemukan bahwa mereka yang aktif secara seksual selama pandemi mengalami tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang abstain.
Tak hanya berdampak pada kesehatan mental, bahaya kurang seks juga berimbas pada kesehatan fisik. Menurut Dr Singh, pria dan wanita yang tidak aktif secara seksual lebih rentan mengalami ketegangan otot, kesulitan berkonsentrasi, hingga hipersensitivitas terhadap sentuhan. Selain itu, mereka juga cenderung mengalami gangguan tidur dan perubahan pola makan yang disebabkan oleh fluktuasi hormon seperti testosteron, estrogen, dan kortisol (hormon stres).
“Abstain dalam jangka panjang dapat memengaruhi tingkat energi, nafsu makan, serta pola tidur seseorang. Seks merupakan salah satu cara alami untuk bersantai dan tidur lebih nyenyak karena pelepasan oksitosin yang terjadi setelahnya,” tambah Dr Singh.
Sementara, sebuah tinjauan penelitian pada tahun 2023 terhadap 43 studi yang diterbitkan di Journal of Sexual Medicine menemukan hubungan signifikan antara kualitas tidur dan frekuensi aktivitas seksual seseorang. Bahkan, penelitian terbaru dari University of Pennsylvania mengungkapkan bahwa wanita berusia 20 hingga 59 tahun yang berhubungan seks kurang dari sekali seminggu memiliki risiko kematian 70 persen lebih tinggi dalam lima tahun ke depan.
Para peneliti menemukan bahwa wanita dalam kategori ini memiliki kadar protein tertentu yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan peradangan, suatu kondisi yang dapat merusak sel, jaringan, dan organ tubuh. Sebaliknya, wanita yang aktif secara seksual lebih dari sekali seminggu menunjukkan kadar protein yang lebih rendah dan tidak mengalami peningkatan risiko kematian.
Dengan berbagai temuan ini, bahaya kurang seks bukanlah hal yang bisa diabaikan. Aktivitas seksual yang sehat dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan fisik dan mental, sekaligus membantu mengurangi berbagai risiko kesehatan yang mengintai.