Bekasi, HarianJabar.com — Puluhan siswa di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kawasan Bekasi Barat mengalami gejala mual, muntah, dan sakit perut usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG) yang disediakan melalui program pemerintah daerah. Dugaan sementara, kasus ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada makanan yang dikonsumsi.
Kronologi Kejadian
Insiden ini terjadi pada Senin siang, saat para siswa mengikuti kegiatan belajar seperti biasa. Sekitar satu jam setelah menyantap menu MBG yang dibagikan pihak sekolah, beberapa siswa mulai mengeluhkan sakit perut dan mual. Tak berselang lama, gejala muntah dan diare mulai terjadi secara massal.
“Awalnya satu-dua anak saja yang mengeluh. Tapi tak lama, jumlahnya bertambah sampai lebih dari 20 siswa,” ujar salah satu guru yang enggan disebut namanya.
Pihak sekolah segera membawa siswa-siswa yang terdampak ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Beberapa orang tua juga langsung datang ke sekolah setelah mendapat kabar.
Hasil Pemeriksaan Sementara: Tiga Jenis Bakteri Dicurigai
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium sementara dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi, terdapat indikasi adanya tiga jenis bakteri yang menjadi penyebab keracunan makanan, yakni:
- Escherichia coli (E. coli)
- Salmonella
- Staphylococcus aureus
Ketiga bakteri tersebut umumnya ditemukan dalam makanan yang tidak diolah atau disimpan dengan cara yang higienis.
Salah satu pejabat Dinkes menyebut, “Ada dugaan kuat bahwa sanitasi dapur penyedia MBG atau proses distribusinya tidak memenuhi standar kebersihan yang semestinya.”
Dapur Penyedia MBG Akan Diperiksa
Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Kesehatan telah mengambil sampel makanan serta melakukan inspeksi mendadak ke dapur penyedia menu MBG. Sementara waktu, penyaluran MBG ke sekolah tersebut dihentikan hingga hasil penyelidikan keluar secara resmi.
Wali Kota Bekasi, yang turut menanggapi kejadian ini, menyatakan keprihatinannya dan meminta evaluasi menyeluruh terhadap program MBG.
“Program ini sangat baik untuk mendukung gizi anak-anak, tapi harus dibarengi dengan pengawasan ketat terhadap kebersihan dan keamanannya,” tegasnya.

Kondisi Korban dan Penanganan Lanjutan
Hingga Selasa pagi, sebagian besar siswa yang terdampak telah dipulangkan dan dalam kondisi membaik. Hanya dua siswa yang masih dalam observasi di puskesmas karena sempat mengalami dehidrasi ringan.
Dinas Kesehatan juga akan mengedukasi para pengelola dapur MBG agar mematuhi standar Sanitasi Laik Higiene Sanitasi (SLHS), yang tampaknya belum sepenuhnya diterapkan secara merata.
Penegasan Peran Orang Tua dan Sekolah
Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak, termasuk sekolah dan orang tua, untuk aktif memantau makanan yang dikonsumsi anak. Program makanan bergizi seharusnya menjadi solusi pemenuhan gizi anak, bukan malah menimbulkan gangguan kesehatan.
Kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa siswa SDN di Bekasi Barat menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap program MBG, terutama dalam aspek kebersihan dan keamanan makanan. Pemerintah pun diharapkan segera mengambil tindakan konkret agar kejadian serupa tidak terulang.
