Sukabumi, HarianJabar.com — Dalam dua tahun terakhir, Kabupaten Sukabumi mencatat 44 kasus gigitan ular di berbagai wilayah. Data itu diungkap oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, yang menyebut sebagian besar kasus terjadi di wilayah pedesaan dan area persawahan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, dr. Lulis Delawati, mengatakan bahwa kasus gigitan ular masih menjadi ancaman serius, terutama di wilayah dengan kondisi geografis dekat hutan dan sawah. Dari total kasus, sebagian besar korban merupakan petani dan warga yang beraktivitas di luar ruangan.
“Selama dua tahun terakhir, kami mencatat 44 kasus gigitan ular berbisa. Meski sebagian besar bisa ditangani dengan cepat, masyarakat tetap perlu meningkatkan kewaspadaan,” ujar dr. Lulis kepada wartawan, Jumat (10/10/2025).
Wilayah Paling Rawan Gigitan Ular
Menurut laporan petugas kesehatan, sejumlah kecamatan di Sukabumi tergolong rawan gigitan ular, di antaranya:
- Kecamatan Cicurug
- Kecamatan Parungkuda
- Kecamatan Cibadak
- Kecamatan Kalapanunggal
- Kecamatan Warungkiara
Daerah-daerah tersebut memiliki area persawahan luas dan sungai yang menjadi habitat alami berbagai jenis ular, termasuk ular weling, ular kobra jawa, dan ular tanah.

“Musim hujan menjadi periode paling berisiko karena ular sering keluar dari sarang mencari tempat kering dan hangat, termasuk ke permukiman warga,” tambah Lulis.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah daerah bersama puskesmas dan RSUD telah menyiapkan antivenom atau serum anti bisa ular (SABU) di beberapa fasilitas kesehatan utama.
Dinas Kesehatan juga gencar memberikan edukasi pencegahan kepada masyarakat di daerah rawan, seperti:
- Tidak berjalan di area semak tanpa alas kaki;
- Menggunakan senter saat malam di area sawah;
- Tidak memukul ular tanpa alasan jelas karena dapat memicu serangan;
- Segera mencari pertolongan medis setelah tergigit.
“Kami juga bekerja sama dengan BPBD dan TNI-Polri untuk sosialisasi keselamatan warga di daerah pedesaan,” kata Lulis.
Kasus Nasional dan Imbauan
Kasus gigitan ular di Indonesia memang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa setiap tahun terdapat ribuan kasus gigitan ular di berbagai provinsi, terutama di wilayah tropis seperti Jawa Barat, Banten, dan Sumatera Selatan.
Dinkes Sukabumi mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan pengobatan tradisional tanpa pengawasan medis, karena bisa memperburuk kondisi korban.
