Jakarta, 21 Juli 2025 – Maskapai nasional Garuda Indonesia kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan pembelian 50 unit pesawat Boeing asal Amerika Serikat (AS). Kesepakatan tersebut menjadi bagian dari rencana besar Garuda untuk melakukan modernisasi armada sekaligus memperluas jangkauan layanan penerbangan, baik domestik maupun internasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengonfirmasi bahwa proses pembelian tersebut saat ini masih dalam tahap awal. “Kita sudah DP (down payment) untuk 50 unit pesawat Boeing,” ujar Airlangga dalam pernyataan resminya.
Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari upaya transformasi besar-besaran Garuda Indonesia pasca restrukturisasi utang dan tekanan keuangan selama pandemi COVID-19. Dengan armada yang lebih baru dan efisien, Garuda berharap bisa meningkatkan daya saing serta memperkuat posisi di pasar aviasi kawasan Asia dan global.
Komitmen Besar, Tapi Proses Bertahap
Airlangga menjelaskan bahwa pembelian 50 pesawat Boeing ini akan dilakukan secara bertahap. “Baru DP, jadi proses delivery akan mengikuti skema pembayaran dan kebutuhan maskapai,” tuturnya.
Meski begitu, tidak dijelaskan secara rinci tipe pesawat yang dibeli dan nilai transaksi keseluruhannya. Namun, berdasarkan estimasi harga pasaran Boeing, total nilai pembelian tersebut bisa mencapai miliaran dolar AS. Hal ini tentu menjadi perhatian publik, mengingat kondisi keuangan Garuda yang masih dalam proses pemulihan.
Namun, Kementerian BUMN menyatakan bahwa pembelian pesawat baru dilakukan berdasarkan kajian bisnis yang matang dan merupakan strategi jangka panjang dalam menghadapi peningkatan permintaan perjalanan udara di masa depan.
Strategi Bangkit dari Krisis
Sejak pandemi COVID-19 melanda, Garuda Indonesia sempat berada di ambang kebangkrutan. Utang yang menumpuk, jadwal penerbangan yang menurun drastis, hingga pemutusan hubungan kerja sempat menjadi tantangan besar.
Namun, lewat proses restrukturisasi, suntikan modal, dan dukungan pemerintah, Garuda mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Penambahan armada baru ini diyakini akan memperkuat pemulihan tersebut, sekaligus menjadi sinyal positif bagi investor dan mitra global.
Diplomasi Ekonomi Indonesia–AS?
Tak hanya menjadi langkah bisnis, pembelian pesawat Boeing ini juga dinilai memiliki dimensi geopolitik dan diplomasi ekonomi. AS selama ini dikenal sangat protektif terhadap industrinya, dan pembelian dalam jumlah besar oleh negara lain sering kali mendapat perhatian khusus.
“Ini bisa menjadi simbol eratnya hubungan ekonomi Indonesia dan AS, apalagi dalam suasana global yang penuh ketidakpastian seperti sekarang,” kata pengamat ekonomi dari LPEM UI, Arya Mahendra.
Respons Publik dan Harapan ke Depan
Publik menyambut kabar ini dengan beragam reaksi. Sebagian menilai sebagai langkah berani yang bisa mendongkrak citra Garuda, namun ada pula yang mempertanyakan urgensinya di tengah masih banyaknya tantangan internal yang harus dibenahi.
Pemerintah berharap, melalui pembelian ini, Garuda Indonesia bisa kembali menjadi maskapai kebanggaan nasional dan membawa manfaat ekonomi jangka panjang. Modernisasi armada juga diharapkan dapat menurunkan biaya operasional, meningkatkan efisiensi bahan bakar, dan memberikan kenyamanan lebih bagi para penumpang.
“Garuda adalah wajah Indonesia di langit. Kita harap langkah ini membawa Garuda terbang lebih tinggi dan makin dipercaya dunia,” tutup Menko Airlangga.
