Naypyidaw, Harianjabar.com — Militer Myanmar dilaporkan melakukan serangan udara menggunakan paraglider bermesin — layang gantung kecil yang digerakkan baling-baling — di sebuah desa di wilayah Sagaing, Myanmar tengah, pada Senin (6/10/2025) malam. Insiden ini menewaskan sedikitnya 24 orang, termasuk anak-anak, dan melukai lebih dari 50 lainnya.
Menurut laporan media lokal dan kelompok hak asasi manusia, serangan terjadi saat warga berada di rumah dan area desa. Para korban dilarikan ke rumah sakit setempat, sementara beberapa warga lainnya mengalami trauma akibat ledakan dan kebakaran.
“Kami sedang beristirahat di rumah ketika terdengar ledakan dan suara bising dari langit. Banyak rumah rusak, dan beberapa anak-anak menjadi korban.”

Kelompok pemantau HAM, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), mengecam keras insiden ini dan menyebutnya sebagai salah satu serangan paling brutal terhadap warga sipil di Sagaing dalam beberapa bulan terakhir.
Hingga saat ini, pihak militer Myanmar belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan tersebut. Sementara itu, komunitas internasional, termasuk PBB, menyerukan agar semua pihak menghormati hak warga sipil dan menghentikan serangan terhadap populasi sipil, termasuk selama kegiatan rutin di desa.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya konflik antara militer Myanmar dan kelompok-kelompok sipil bersenjata yang menentang pemerintahan militer, serta memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah Sagaing yang sebelumnya sudah terdampak kekerasan dan pengungsian massal.
