Bandung, HarianJabar.com — Dua bersaudara keturunan Indonesia, Tijjani Reijnders dan Eliano Reijnders, tengah berada di persimpangan karier berbeda jelang Piala Dunia 2026.
Kakak beradik ini sama-sama berdarah Indonesia, namun nasib keduanya berlawanan — Tijjani kian bersinar bersama Timnas Belanda, sementara Eliano justru terancam tenggelam di level klub.
Tijjani Reijnders, Bintang yang Terus Bersinar
Nama Tijjani Reijnders makin dikenal publik sepak bola dunia. Gelandang kelahiran Zwolle, Belanda, 29 Juli 1998, itu menjadi salah satu andalan AC Milan di Serie A dan Timnas Belanda di bawah asuhan Ronald Koeman.
Penampilannya yang konsisten di lini tengah menjadikannya kandidat kuat untuk tampil di Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Tijjani juga memiliki ikatan emosional dengan Indonesia — sang ibu berasal dari Maluku, dan ia sempat menyebut bangga memiliki darah Nusantara. Hal itu membuat namanya sempat dielu-elukan publik Indonesia, terutama saat tampil gemilang di Euro 2024.
“Saya tahu banyak dukungan datang dari Indonesia. Itu membuat saya bangga,” ujar Tijjani dalam wawancara dengan media Belanda, Voetbal International.

Eliano Reijnders, Karier yang Kian Menurun
Berbeda dengan sang kakak, Eliano Reijnders justru tengah menghadapi masa sulit. Gelandang berusia 24 tahun itu kini memperkuat PEC Zwolle, klub yang musim lalu kembali ke Eredivisie.
Namun, menit bermainnya semakin terbatas dan performanya belum kembali stabil setelah sempat cedera.
Media Belanda menyebut peluang Eliano menembus skuad nasional amat tipis. Bahkan, kontraknya di Zwolle disebut sedang dievaluasi manajemen. Kondisi ini membuat publik menilai nasib keduanya seperti berada di “gerbang dan jurang”.
“Eliano memiliki potensi, tetapi tidak berkembang secepat Tijjani,” tulis harian olahraga De Telegraaf.
Darah Indonesia, Dua Jalan Berbeda
Kedua pemain ini merupakan putra dari mantan pesepak bola Belanda, Martin Reijnders, dan ibu berdarah Maluku. Meski sama-sama memulai karier di akademi AZ Alkmaar, perjalanan keduanya kini berbeda jauh.
Bagi penggemar sepak bola Indonesia, keduanya tetap punya tempat tersendiri. Tijjani dianggap sebagai simbol pemain keturunan yang sukses menembus panggung dunia, sementara Eliano menjadi contoh kerasnya persaingan di Eropa.
Dengan performa stabil di AC Milan dan Timnas Belanda, Tijjani Reijnders kian dekat menuju Piala Dunia 2026.
Sementara Eliano Reijnders harus berjuang keras agar kariernya tidak meredup di kompetisi domestik.
Dua jalan berbeda, namun keduanya tetap membawa cerita kebanggaan darah Indonesia di panggung sepak bola dunia.
