Jakarta, HarianJabar.com – Nama PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kembali menjadi sorotan publik. Selain terseret dalam dugaan skandal solar murah senilai lebih dari Rp62 miliar, perusahaan tambang nikel raksasa itu juga dihadapkan pada berbagai tudingan kerusakan lingkungan di wilayah operasi mereka di Sulawesi Selatan.
Laporan dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mengungkapkan bahwa kegiatan tambang Vale telah menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
“Beberapa temuan penting itu termasuk soal penggundulan hutan skala besar di area konsesi yang mempercepat erosi dan sedimentasi sungai, pencemaran air, dan kerusakan ekosistem danau serta pesisir — terutama di Danau Matano, Mahalona, dan Towuti,” ujar Farhat, Juru Kampanye Jatam, kepada Inilah.com, Senin (13/10/2025).
Kerusakan Lingkungan dan Dampaknya bagi Warga
Dalam catatan Jatam, aktivitas tambang Vale juga berdampak pada lahan pertanian warga sekitar. Pada 2018, petani di Sorowako, Luwu Timur, kehilangan lahan produktif akibat aktivitas perusahaan di kawasan Bendung Petea, yang merupakan bagian dari sistem sungai Larona dan dimanfaatkan sebagai PLTA internal Vale.
Tak berhenti di situ, kebocoran pipa distribusi minyak di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, juga menambah panjang daftar pencemaran yang disorot publik. Insiden tersebut menyebabkan rusaknya air, sawah, dan kebun masyarakat, serta mengancam rantai pangan lokal.
“Kebocoran pipa minyak di Kecamatan Towuti beberapa bulan lalu mempertegas bahwa operasi Vale jauh dari kata aman dan tidak steril dari kelalaian teknis,” lanjut Farhat.

Organisasi lingkungan Trend Asia juga mencatat sedikitnya lima insiden serupa sejak 2009. Terbaru, pada Agustus 2025, tumpahan lebih dari 90 ribu liter minyak MFO mencemari Sungai Koromusilu dan merusak 82 hektare sawah dan peternakan warga.
“Pencemaran tersebut mengular sejauh 10 kilometer hingga ke muara Danau Towuti,” ujar Novita Indri, Juru Kampanye Energi Trend Asia.
Respons Resmi dari PT Vale Indonesia
Menanggapi tudingan itu, Head of Corporate Communications PT Vale Indonesia, Vanda Kusumaningrum, menyatakan bahwa kebocoran pipa di Lioka telah ditangani sesuai prosedur keselamatan dan lingkungan.
“Area jalur pipa yang terdampak sudah diamankan dan dibersihkan. Oil boom dan oil trap telah dipasang untuk mencegah penyebaran minyak. Kami juga melakukan inspeksi serta perbaikan saluran irigasi dan bendungan di sekitar lokasi,” kata Vanda.
Ia menegaskan bahwa perusahaan terbuka terhadap media dan publik untuk melakukan verifikasi lapangan. Namun, Vale tidak menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai temuan Jatam dan Trend Asia terkait deforestasi dan kerusakan lahan pertanian.
Skandal Solar Murah Rp62 Miliar
Selain persoalan lingkungan, PT Vale Indonesia juga disebut dalam persidangan kasus dugaan korupsi penjualan solar nonsubsidi di bawah harga pokok.
Baca Juga:
jabar kemenhub sepakat kembangkan ka
Dalam sidang Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat (9/10/2025), jaksa menyebut Vale sebagai salah satu penerima manfaat dari kontrak yang merugikan PT Pertamina Patra Niaga, dengan nilai keuntungan mencapai Rp62,14 miliar.
“Penjualan solar nonsubsidi memperkaya korporasi PT Vale Indonesia sebesar Rp62.140.873.123,” ujar Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan tersebut.
Namun, Vale membantah keterlibatan apa pun dalam perkara tersebut.
“PT Vale tidak memiliki keterlibatan dalam proses hukum terkait kontrak penjualan solar nonsubsidi tersebut. Kami selalu berpegang pada prinsip Good Corporate Governance (GCG),” tegas Vanda, Minggu (12/10/2025).
Jejak Global Vale dan Tantangan Keberlanjutan
Sebagai bagian dari Vale S.A., perusahaan tambang multinasional asal Brasil, reputasi lingkungan induk usaha ini juga tercoreng oleh dua tragedi besar: jebolnya tanggul limbah tailing di Bento Rodrigues (2015) dan Brumadinho (2019) yang menewaskan 289 orang dan mencemari ribuan kilometer sungai.
Meski demikian, Vale Indonesia mengklaim telah melakukan transformasi menuju operasi tambang berkelanjutan, termasuk penggunaan bahan bakar nabati HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) untuk mengurangi emisi karbon.
“Keberlanjutan bukan sekadar tujuan, tetapi bagian dari cara kami bekerja setiap hari untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan,” pungkas Vanda.
